Konon, bahasa Sunda adalah bahasa yang melibatkan rasa. Ini katanya karena berhubungan dengan banyak hal selain urusan hati juga kedekatan dengan alam. Salah satu keunikan ada dalam kecap anteuran atau ada juga yang menyebutnya dengan ‘Kecap Panganteur’ merupakan jenis kata dalam Bahasa Sunda yang mengemban tugas sebagai pengantar verba melalui deskripsi suara dalam bentuk kata-kata, menirukan bunyi, yang menggambarkan suatu aktivitas yang diungkap dalam verba-verba tertentu, misalnya: am dahar, beretek lumpat, pelenyun udud, dut hitut, gék diuk, dll.
Tak heran, bila yang sedang belajar bahasa Sunda biasanya banyaknya hanya sampai permukaan saja alias standar-standarnya saja. Ada banyak istilah atau kata yang bisa digali dalam bahasa Sunda yang menunjukkan ekspresi rasa. Dan ini hanya bisa dimaknai jika si lawan bicara mengerti benar konteks yang dibicarakan.
Mau tahu beberapa contoh kata istilah tersebut. Berikut ini mungkin bisa jadi beberapa referensi.
Kegiatan sidéang ini dilakukan biasanya oleh masyarakat pilemburan untuk 'menghangatkan tubuh' di depan hawu alias tungku di dapur. Biasanya dilakukan pada pagi hari/subuh sambil mirun seuneu (membakar kayu bakar). Nah, sembari sidéang tersebut, biasa juga sambil mubuy sampeu alias membakar singkong di bara bekas pembakaran/pasir (lebu). Bisa juga sambil mubuy pisang yang masih agak mentah. Makannya sambil ditemani seruput kopi tubruk atau teh manis hangat. Pokona mah, pédo bin nikmat pisan lah di tengah suasana udara pagi yang bikin mengigil.
Ini istilah yang digunakan bagi mereka yang hobi memancing ikan. Ini menggambarkan situasi ketika kita melempar pancingan, si umpan pancing langsung disambar ikan alias strike kalo sekarang mah. Istilah lain yang digunakan untuk situasi ini bisa juga clom kunyunyud.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS