Kehadiran media sosial bagi perkembangan sektor wisata di suatu kota adalah berkah tersendiri. Bila merunut pada budaya berwisata masyarakat, dari dulu sebenarnya berfoto di tempat wisata merupakan kepuasan dan kebiasaan tersendiri. Walaupun di era kamera pakai klise, memajang foto dengan lokasi di tempat wisata adalah kebanggaan tersendiri. Mau itu tempat wisata di luar negeri atau dalam negeri.
Dan dengan adanya media sosial seperti instagram, facebook, atau twitter, pemajangan foto jadi punya ruang tersendiri. Tak sedikit pula yang memajang foto wisata tersebut di foto profil. Secara tak langsung dengan banyaknya pengguna medsos yang mengunggah foto berwisata tersebut menjadi promosi. Tak terkecuali bagi wisata Bandung yang terkatrol promosinya dengan adanya media sosial.
Bagaimana pengaruh media sosial bagi perkembangan wisata? Berikut di antaranya:
1. Selfie dan tagar dari netizen
Banyaknya netizen yang mengunggah foto selfie atau wefie saat wisata di Bandung di akun pribadinya menjadikan tempat wisata lebih cepat dikenal. Belum lagi dengan adanya hashtag atau tagar. Pengguna medsos lebih mudah mencari tempat wisata lagi ngehits atau terbaru di instagram, misalnya, dengan hanya mencari tagar #wisatabandung atau mencari akun @wisata_bandung.
Banyaknya foto suatu kawasan wisata di medsos bisa jadi indikator kemajuan wisata kota tersebut. Jadi, budaya mengunggah foto wisata berkaitan dengan tingkat eksistensi warganya atau jumlah kunjungan wisatawan itu sendiri. Bila suatu kota kurang terangkat tempat wisatanya, mungkin masih jarang warganya yang foto di tempat wisata di daerahnya sendiri. Walaupun ini bisa disebabkan banyak hal, salah satunya memang kawasan wisatanya belum dikelola optimal hingga bikin malas warga atau wisatawan berkunjung.
2. Promosi online pengelola wisata
Salah satu jurus terbaik bagi pengelola wisata untuk lebih mengenalkan tempat wisatanya, ya dengan membuat akun media sosial. Apalagi bila didukung dengan hadirnya website hingga aplikasi. Kebanyakan orang sudah pegang gadget yang terhubung ke internet, pastinya cara mudah mencari info tempat wisata dengan melihat peta online, Google Business, atau ke akun medsos tempat wisata tersebut.
Inilah pentingnya pengelola tempat wisata punya admin khusus yang mempromosikannya di media online. Dan tempat-tempat wisata atau pelaku usaha kuliner di Bandung sebagian besar sudah paham akan potensi ini. Bahkan, pengelola wisata kuliner sudah melek dengan mengembangkan jaringan pemasarannya, salah satunya seperti dengan Go-Food.
3. Viralnya tempat wisata baru
Bagi pengelola tempat wisata di Bandung, unsur kreativitas dan inovasi menjadi terdepan. Konsep wisata selfie atau wisata terpadu menjadi trend sekarang-sekarang ini. Bila tempat wisata kurang ramah untuk pengunjung berselfie ria rasanya bagai sayur tanpa garam, hambar. Malah tak sedikit tempat wisata kuliner yang juga menyajikan spot-spot khusus buat pengunjung selfie.
Tak heran bila wisatawan banyak yang mencari tempat wisata baru di Bandung. Bila tempat wisata tersebut unik dan bikin betah berfoto-foto, maka kunjungan pun akan banyak. Untuk itulah, tempat-tempat wisata di Bandung bersaing ketat dalam urusan menata tempat wisata yang ramah selfie. Tak sedikit pula yang rutin inovasi mengubah konsep wisatanya. Bila tempat wisata kurang gerak cepat dalam hal inovasi dan kreativitas? Siap-siap saja tenggelam.
4. Fotografer profesional dan amatir
Tempat wisata di Bandung kerap pula jadi bidikan kamera para fotografer, baik itu profesional maupun amatir. Karya foto nan indah hasil jepretan obyek-obyek wisata di Bandung kerap diunggah di akun media sosial para fotografer tersebut. Ditambah lagi sekarang sudah biasa digunakan drone untuk membidik lansekap kawasan wisata sehingga angle-nya terlihat lebih menarik.
-----------
Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS