Mengenal Bupati Bandung RAA Martanagara (1893 - 1918)




RAA Martanagara adalah sosok bupati Bandung pada zaman kolonial yang telah meninggalkan jejak bagi Kota Kembang ini. Namanya pun kini dijadikan sebuah nama jalan yang terletak di pusat kota Bandung (dekat Hotel Horison Bandung). Ia adalah birokrat, seniman, plus sastrawan. Ia dikenal juga sebagai salah satu murih pelukis kaliber dunia dari Indonesia, Raden Saleh. Tak ketinggal semasa hidupnya, ia meninggalkan karya sastra "Babad Nusa Jawa, "Angling Darma", "Wawacan Batara Rama", dll. 

Bandung baheula coba dibenahi oleh RAA Martanagara  dengan mengadakan sejumlah program dalam masa pemerintahannya, antara lain:
1. Rumah-rumah penduduk Bandung yang masih beratap ilalang diganti dengan genting. Ia berupaya agar perumahan penduduk di Bandung masuk standar layak. Ia pun lalu melatih para penduduk untuk membuat genting dan bata. Para ahlinya khusus didatangkan langsung dari luar daerah. Bekas pemukiman penduduk yang bekerja membuat genting dan bata ini ada di daerah Kampung Balubur Hilir (di depan Rumah Dinas Panglima Kodam III Siliwangi). Oleh karena itu, daerah ini dikenal denga Merdika Lio (Merdika = merdeka, Lio = genting) yang artinya kira-kira bebas pajak bagi pembuat bata dan genting.

2. Karena masih banyakna rawa-rawa di Kota Bandung, terutama daerah selatan, daerah ini dijadikan pesawahan. Sampai sekarang masih ada bekasnya (misalnya daerah Buah Batu, pesawahan terakhir di perkotaan yang kini diurug). Dulu daerah di sekitar Jalan Moh. Toha ke selatan adalah daerah pesawahan dan empang-empang. Kita sekarang mengenal contohnya ada daerah Situ Saeur (Situ = danau, saeur = timbun) di daerah Kopo yang merupakan daerah pesawahan juga. RAA Martanagara waktu itu menyadari bahwa jika daerah rawa-rawa dibiarkan akan menjadi sarang nyamuk malaria. Daerah Lebak Gede (Tamansari) pun tak luput dari perbaikan, yaitu dengan memperbaiki saluran Sungai Cikakak dan Sungai Cikapayang. 

3. Jika Anda mengenal daerah Sasak Gantung yang ada di dekat alun-alun (dekat sekolah As-Salam) tepatnya di daerah Balong Gede, itu merupakan salah satu peninggalan RAA Martanagara dalam masalah perbaikan lingkungan. Bupati yang pernah sekolah di Sekolah Teknik (Ambachtschool) ini mempunyai kebiasaan untuk terjun langsung ke lapangan dalam memeriksa pengerjaan pembangunan. Ia memerintahkan agar bangunan-bangunan dari kayu atau bambu diganti dengan tembok agar lebih kuat.

4. RAA Martanagara mempunyai andil dalam membenahi Jalan Braga sebagai pusat perdagangan. Ia mendirikan pusat-pusat pertokoan, bank, dan kantor perusahaan di sepanjang Jalan Asia Afrika (Alun-alun Bandung). Sampai kini kawasan Asia Afrika tetap menjadi sentra bisnis, dari arah Kosambi-Jalan Sunda hingga Jalan Sudirman. 

Bupati yang bukan terlahir dari kalangan menak (bangsawan) ini memerintah selama 25 tahun dan telah menghasilkan banyak peninggalan bagi pengembangan tata kelola lingkungan Bandung. Sayangnya sekarang, Bandung seakan kehilangan konsep dalam tata kelola lingkungan dan pembangunan yang acak adut. Bandung seakan tanpa konsep yang ajeg dalam penataan pembangunan. Kita bisa lihat di Jalan Braga yang tidak puguh pengurusannya hingga daerah Kawasan Bandung Utara yang mulai diserbu pengembang perumahan, tanpa memikirkan efek ke depannya dalam urusan "kesehatan" lingkungan Kota Bandung. Belum lagi masalah kemacetan yang mulai menjadi biang keladi permasalahan urusan lalu-lintas.   

-----------

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di GOOGLE NEWS